Minggu, 15 Juni 2008

Kunci sukses memberikan ASI eksklusif

1. Posisi tepat ketika menyusui
Posisi perlekatan yang betul antara mulut bayi dan payudara ibu penting untuk diperhatikan, sehingga bayi bisa menyusu atau minum dengan baik. Perlekatan mulut bayi yang baik mempunyai tanda sbb:
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
Dagu menempel pada payudara
Dada bayi menempel pada bagian dasar payudara ibu
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah terbuka (dower)
Sebagian besar areola (daerah kehitaman pada payudara) tidak tampak
Tidak ada suara bayi mengecap ketika menyusui akibat adanya udara yang ikut masuk melalui mulut
Puting susu tidak lecet
Selain itu, posisi menggendong bayi pun turut menentukan kenyamanan ibu dan anak. Untuk mencari posisi menyusui yang pas untuk Anda, dapat dibaca pada bahasan artikel yang lebih lanjut.

2. Susui bayi sesegera mungkin saat lahir
ASI pertama yang keluar setelah bayi lahir merupakan ASI paling baik. ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari ke-5 atau ke-7 mengandung zat putih telur (protein) yang kadarnya tinggi, terutama kandungan zat anti infeksi yang merupakan sumber daya tahan tubuh (imunoglobulin). Sedangkan kadar laktosa (hidrat arang) dan lemaknya rendah sehingga mudah dicerna. Jika bayi diberi kesempatan menyusu sejak awal, dijamin ia akan “pintar” mengisap puting. Refleks mengisap bayi paling kuat justru terjadi pada jam-jam pertama setelah dilahirkan.

3. Berikan ASI on demand
Yang terbaik adalah memberikan ASI sesuai kebutuhan yang disebut on demand. Produksi ASI yang dipengaruhi 2 hormon yang dinamakan prolaktin dan oksitosin, bekerja karena rangsangan “isapan bayi” dan “pengosongan pabrik susu” (yang terdapat di dalam payudara). Ingat, prinsip ASI adalah semakin sering dikonsumsi, semakin bagus produksinya. Jadi semakin sering payudara diisap bayi, yang berarti juga payudara dikosongkan, maka produksi ASI akan semakin banyak. Dengan demikian, bayi dapat disusui kapan saja dan penting bagi orang tua untuk memahami tanda-tanda bayi ingin disusui.

4. Menyendawakan bayi
Saat menyusu, kemungkinan ada sedikit udara yang terisap oleh bayi. Oleh karena pencernaanya belum bekerja dengan baik, maka udara yang terisap itu bisa menyebabkan perutnya menjadi kembung sehingga penting untuk menyendawakan bayi. Jika berpindah menyusui dari satu payudara ke yang lain, berhenti dahulu untuk menyendawakan bayi kemudian teruskan. Ketika selesai menyusui, sendawakan kembali.

5. Tetap menyusui saat ibunya sakit
Ibu yang sakit, kecuali ibu HIV positif, tetap bisa menyusui anaknya, karena dalam ASI terkandung antibodi untuk melawan penyakit yang bersangkutan. Yang justru harus diperhatikan, infeksi atau penyakit ibu sebenarnya lebih sering ditularkan melalui tangan, udara, atau percikan darah. Bukan dari ASI langsung. Makanya, bila ibu sedang pilek, pakailah masker dan cuci tangan yang bersih sebelum memegang bayi untuk disusui. Jika ibu harus minum obat, pilih obat-obatan yang aman bagi ibu menyusui atau konsultasi terlebih dahulu dengan seorang dokter.

6. Hindari Dot
Jika ingin memberikan ASI perah, lakukan dengan sendok atau alat khusus memberikan ASI. Jangan gunakan dot. Banyak bayi mengalami bingung puting karena setelah diajari minum lewat dot. Dengan dot, susu sudah bisa keluar walau hanya diisap bagian ujungnya saja. Sementara kalau menyusu pada ibu, bayi harus membuka mulut lebar-lebar. Jika bayi menyusu pada ibu dengan cara seperti mengisap dot, maka ASI tidak bisa keluar dengan baik. Bayi akan merasa tak puas, frustrasi dan menolak disusui langsung.

7. Berpikir Positif
Pemikiran negatif seperti ASI tidak cukup, repot memberikan ASI, penampilan berubah dsb harus dibuang karena seringkali menyebabkan proses menyusui tidak berhasil. Untuk menghasilkan ASI diperlukan kerja gabungan antara hormon dan refleks. Sewaktu bayi mengisap susu dari payudara ibu, dihasilkan dua refleks pada ibu yang disebut refleks prolaktin dan refleks oksitosin Keduanya sangat menentukan produksi dan distribusi ASI dalam jumlah tepat sesuai kebutuhan bayi.
Bayi tidak akan mendapatkan cukup ASI bila hanya mengandalkan refleks pembentukan ASI (prolaktin) saja. Untuk itu dibutuhkan refleks oksitosin agar ASI dapat mengalir. Proses munculnya refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin karena sangat dipengaruhi pikiran dan perasaan ibu.
Prolaktin sebetulnya merupakan hormon yang memicu refleks pembuatan ASI. Sedangkan oksitosin adalah hormon yang merangsang otot saluran ASI agar berkontraksi sehingga ASI dalam kelenjar susu bisa keluar ke ujung salurannya. Kalau ibu selalu berpikir negatif tentang ASI atau kondisi emosinya menurun, maka pengeluaran ASI justru dapat benar-benar terhambat. Itulah sebabnya, oksitosin disebut love hormone, karena produksinya 60% dipengaruhi oleh kondisi psikis si ibu.

8. Libatkan suami
Keberhasilan menyusui cukup dipengaruhi oleh peran suami dalam mendukung istrinya. Adanya perhatian dan kepedulian suami akan membuat perasaan istri lebih rileks yang penting dalam merangsang refleks oksitosin agar ASI dapat mengalir. Suami dapat ikut terlibat sebagai breastfeeding father dengan berbagai cara seperti memperhatikan asupan nutrisi istri agar kualitas ASI baik, menggendong anak sebelum disusui, ikut menemani istri ketika bangun tengah malam untuk menyusui anak, menyiapkan bantal-bantal agar posisi menyusui istri lebih nyaman, memijat kaki istri ketika sedang menyusui bayi dan seterusnya.

Sumber: - Majalah Alia 2006 Edisi Khusus Generasi Islami

- Kiat Sukses Memberi ASI (Eksklusif),
Dr. IG Ayu Nyoman Partiwi Surjadi, Sp A, MARS, Seminar Setengah Hari
Ayahbunda-Prenagen, 9 Desember 2006, Novotel, Bandung

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mengapa tidak:)